Kafe yang Menawarkan Ketenangan

Kafe dengan rating di atas 4,6 di Google. Dari banyak ulasannya, kebanyakan orang puas dengan suasana dan fasilitas yang ditawarkan. 

Tapi… aku sangsi. 

Setelah membelok dari jalan aspal menuju jalan desa dengan cor-coran semen yang tengahnya dibiarkan berumput, kurasa ini akses yang lumayan sulit buat sebuah kafe yang menyandang gelar hits dan Instagrammable. Mobil memang masih bisa masuk, tapi sedikit repot jika berpapasan. Yang satu harus mengalah dan supir kudu teliti karena pinggiran jalan berupa tanah lunak yang bisa saja membuat ban ambles, atau setidaknya becek kala hujan turun. 

Kurang lebih dua ratus meter menyusuri jalan desa itu, tibalah aku pada tujuan. Dari area parkirnya aku sudah bisa mengendus bahwa ini memang kafe yang menawarkan suasana alam sebagai daya pikat utama. Pohon-pohon pinus tinggi menjulang, menghalangi sisa-sisa sinar matahari senja tiba sampai ke tanah. Aroma petrikor juga semerbak setelah hujan orografis membasahi bumi tipis-tipis. Cuma ada tak sampai lima mobil dan segelintir motor yang terparkir, padahal ini adalah Sabtu sore, waktu yang cocok untuk nongkrong. Dan lagi, ini di Bogor! Salah satu tempat paling dekat buat orang Jakarta membuang suntuk, meskipun memang lokasinya bukan di pusat kota, tapi mblusuk ke kaki Gunung Pangrango, tepatnya di Desa Pancawati, Kecamatan Caringin. 

Area makan di ruang terbuka, dinaungi pepohonan pinus sebagai atap hijau.
Hutan Pinus, vegetasi khas pegunungan di Jawa.
Area parkir yang luas tetapi lengang.
Altimeter menunjukkan ketinggian di angka 836 meter di atas permukaan laut.

Kafe ini bernama Aranya. Aku tak tahu apa filosofi di balik nama ini. Tapi bagiku yang awam, mendengar nama “Aranya” itu seolah menggambarkan sosok wanita Nusantara yang anggun, berambut panjang, dan mungkin juga pandai membuat masakan dan minuman. A

Beranjak dari area parkiran, pengunjung akan disambut dengan deretan kursi dan meja yang sengaja diletakkan di luar bangunan tanpa atap buatan. Aku memilih duduk di tempat yang agak mojok, yang langsung dinaungi oleh pepohonan pinus. Tak ada pelayan yang datang menyambangi untuk memberi buku menu karena untuk melakukan pemesanan, tiap pengunjung harus berjalan sedikit menuju bangunan utama, memilih menu tepat di hadapan kasir dan menuntaskan pembayaran saat itu juga. 

Menu yang tersedia cukup variatif, meskipun memang bukan makanan berat yang jadi jagoan di sini. Hanya ada nasi goreng, soto, dan sedikit variasi lainnya. Yang dijagokan adalah kopi-kopian, tapi sial, aku bukan peminum kopi. Opsi lain berupa teh pun hanya menyajikan es teh atau teh panas biasa. Tapi, ya sudah, toh memang yang jadi jualan utama dari kafe ini adalah tempat dan suasananya. Makanan hanya jadi pelengkap, yang apa pun rasanya akan tertutupi dengan nikmatnya sensasi duduk santai sambil mengobrol hangat di bawah naungan pinus. 

Nasi goreng yang dibanderol dengan harga 30-40ribuan.
Es teh manis. Disayangkan karena kemasannya menggunakan plastik sekali pakai.
Area pemesanan.
Spot lainnya untuk duduk santai.

Buatku yang mencintai ketenangan, kafe ini adalah tempat yang tepat. Jarak meja yang berjauhan, dan kebetulan suasana yang sepi saat kudatang menjadikan satu dua jam di sini terasa menyenangkan. Namun, sial. Ketenangan ini cuma sesaat. Rupanya ada kafe lain yang lokasinya lebih tinggi sedikit dari Aranya yang menyediakan karaoke buat pengunjungnya. Suara jedag-jedug disertai lantunan sumbang dari wanita yang tak kukenal dan tak kelihatan batang hidungnya membuyarkan syahdu yang sedari tadi mengalun lembut. 

Mungkin ini usiran halus juga supaya aku pulang karena jalan untuk kembali ke Ciderum, tempatku menginap, harus melewati area hutan tanpa penerangan. 

Jam setengah enam, kubertolak dari Aranya. 

Semoga nanti di kala senggang aku bisa ada kesempatan untuk kembali ke sini. 

5 pemikiran pada “Kafe yang Menawarkan Ketenangan

  1. Di google aku ketemunya sama Kafe Daong, dan cukup sekali aja ngga mau balik lagi…..
    Andai ketemu Aranya, sepertinya aku lebih milih kesini… hehee

Tinggalkan komentar