Dua Telaga Eksotis di Sekitar Cirebon

Sebagai kota pelabuhan yang letaknya persis di pinggir laut, cuaca panas terik adalah bagian tak terpisahkan dari Kota Cirebon. Tapi, jangan enggan dulu untuk berkunjung ke sini. Melipir sedikit ke selatan, ada dua loka istimewa yang tak boleh dilewatkan.

Hari Minggu pagi, matahari sudah bersinar terang benderang. Jalanan di depan Stasiun Cirebon Kejaksan ditutup sebagian. Ada car free day hari itu. Di atas skuter matik, saya dan Yoga berbelok ke kanan, menghindari kerumunan orang dan terus meluncur meninggalkan wilayah dalam kota Cirebon. Destinasi perjalanan kami hari itu adalah dua telaga eksotis yang terletak di Kabupaten Kuningan: Telaga Biru Cicerem dan Telaga Nilam.

Dari arah Cirebon, kami berkendara melewati Palimanan, lalu masuk ke kota Sumber dan melaju sedikit lagi ke selatan. Google Maps mengarahkan kami untuk berbelok ke kiri, meninggalkan jalanan provinsi menuju jalanan desa. Di depan kami Gunung Ciremai berdiri anggun. Ada kabut tipis yang masih menyelimuti tubuhnya. Meski tidak tampak seratus persen jelas, puncak tertinggi Jawa Barat ini tetaplah sedap dipandang.

Tak sulit menyambangi Telaga Biru Cicerem, maps mengarahkan kami tanpa kesalahan . Kalau dihitung dari Google Maps, jaraknya dari Stasiun Cirebon Kejaksan sekitar 22 kilometer dan bisa ditempuh sekitar satu jam dengan naik sepeda motor.

Telaga Biru Cicerem

Destinasi pertama kami adalah Telaga Biru Cicerem. Telaga ini terletak di Desa Kaduela, Kabupaten Kuningan. Akses menuju telaga sudah baik. Jalanan beraspal mulus dan tak terlalu banyak tanjakan karena lokasi telaga berada di lokasi yang tidak terlalu tinggi.

Di depan gapura masuk, dua orang pemudi menyambut kami. Mereka adalah karang taruna Desa Kaduela. Minggu pagi itu mereka bertugas menjaga pos masuk. Setiap pengunjung dikenakan tarif 5 ribu rupiah plus dua ribu untuk parkir motor. Kami datang sekitar jam delapan pagi. Parkiran motor masih sepi. Kata seorang ibu yang berjualan di warungnya, telaga baru ramai di atas jam sebelas siang. “Masih pagi mah belum banyak orang cep,” tandasnya.

Senada dengan namanya, Telaga Cicerem memang berwarna biru. Tapi, di beberapa sisi warna birunya tidak benar-benar biru. Ada yang lebih berwarna tosca, ada pula yang keruh. Posisi cahaya matahari juga turut mempengaruhi warna yang terlihat di telaga ini.

Ibu penjaga warung menawarkan kami pelet, pakan khusus untuk ikan. Harganya tiga ribu rupiah saja. Kami beli pelet itu sebungkus kemudian mencari spot yang kami rasa terbaik untuk memanggil ikan-ikan. Berjalan sedikit mengitari danau, ada satu spot yang menarik. Spot itu letaknya di bawah pohon yang dahannya menjulang hingga ke atas air danau. Di bawahnya terdapat batu-batu ukuran besar yang bisa dipijak. Lalu, air di bagian sini juga warnanya cerah.

Sembari Yoga menyiapkan peranti memotretnya, saya melepas pandang ke sekeliling telaga. Ikan-ikan mas yang berwarna-warni sedang berenang di tengah. Di pinggiran cuma ada ikan-ikan kecil yang berwarna hitam. Saya lalu membuka plastik pelet dan menebarnya. Hap… ikan-ikan kecil itu segera menyerbu. Tak lama, entah tahu dari mana, kawanan ikan-ikan yang lebih besar pun datang. Kala pelet disebar, mulut mereka mangap-mangap. Semakin lama semakin banyak dan sepertinya mereka tidak kenyang-kenyang. Kalau pelet berhenti disebar, mereka akan pergi lagi ke tengah. Nanti kalau disebar lagi, mereka kembali. Unik juga ikan-ikan ini.

Selain menikmati atraksi memberi makan ikan, pengunjung juga bisa mengabadikan momen dengan berfoto. Ada dua ayunan yang disewakan sebagai spot foto. Juga ada properti selfie berupa hati. Berhubung saya dan Yoga sama-sama lelaki, jadi kami tidak mengabadikan foto di situ.

Jam setengah sepuluh, kami melanjutkan perjalanan. Tak jauh dari Telaga Cicerem, terdapat telaga satu lagi yang airnya jernih dan bisa dijadikan sebagai spot berenang.

Telaga Nilam

Telaga Nilam disebut juga sebagai Telaga Nilem. Lokasinya cuma terpaut 1 kilometer dari Telaga Cicerem. Kalau di Cicerem airnya biru, di Telaga Nilam airnya jernih.

Telaga Nilam adalah telaga untuk pemandian umum. Ukurannya tidak besar-besar amat kalau dibandingkan dengan Telaga Cicerem. Pun, lokasinya lebih terpencil, ada di balik rimbunnya pepohonan. Di parkiran motor kami harus membayar tiket seharga 15 ribu per orang, dan parkir 2 ribu rupiah per motor.

Keteduhan Telaga Nilam

Ada tiga kolam utama di Telaga Nilam. Kolam pertama adalah yang paling dekat dengan jalan masuk. Di sini kedalaman airnya dangkal. Banyak anak-anak dan para ibu yang takut kedalaman bermain air di sini. Kolam kedua ini ukurannya lebih besar. Karena airnya yang jernih, kita bisa melihat rerumputan hijau yang tumbuh subur di dasar telaga. Kolam ketiga lokasinya ada di sudut kolam utama. Ukurannya kecil dan banyak diisi oleh ibu-ibu yang cuma berkecipak-kecipuk.

Awalnya saya tidak ada niatan mau berbasah-basah karena memang tidak bawa celana pendek dan cuma ingin motret. Tapi lama-lama air di sini menggoda iman. Jernih dan tampak menyegarkan, apalagi cuaca sedang panas-panasnya. Di warung pinggir telaga rupanya ada persewaan aneka peralatan renang: rakit balon, ban, kacamata renang, hingga celana pendek buat renang.

Saya lalu iseng bertanya harga. Kalau mahal, saya ogah berenang.

“Bu, punten, ari upami sewa celana renang sabaraha?”

“5000 a,” kata si ibu.

Okelah. Lima ribu bukan angka yang terlampau tinggi di tempat wisata. Saya menyewa celana, Yoga menyewa rakit-rakitan berwarna hijau yang mengembang diisi angin.

“A, barang-barangnya ditaro di warung ibu aja. Aman di sini. Sok baju-baju sama tasnya dimasukin di kotak ini.”

Ibu itu lalu menunjukkan sebuah kotak kontainer plastik yang ukurannya besar. Tas dan segala barang berharga kami dimasukkan di situ, ditutupnya, lalu diletakkan di kolong meja dagangannya.

“Ini mah gratis a, kan Aa udah sewa di tempat ibu. Sekarang harus disimpen begini biar aman. Suka ada orang iseng yang nyuri,” tambah si Ibu.

Rasanya sedih mendengarnya. Perbuatan tidak terpuji itu bisa membuat pengunjung merasa kepahitan dengan tempat wisata ini. Kalau terus-terusan terjadi, bukan tidak mungkin Telaga Nilam akan kehilangan pengunjung. Tapi syukurlah karena para pedagang di sini berinisiatif untuk meningkatkan keamanan demi kenyamanan pengunjung. Kami pun bisa berenang dengan tenang.

Meski awalnya melihat air di sini membuat kami berasa jadi anak kecil lagi, pengen langsung nyebur, tapi saat sudah buka baju, niatan itu menciut. Airnya dingin. Baru kaki yang dicelup sudah, brrr. Supaya tidak kelamaan mikir, kami langsung meloncat dan membasahkan seluruh badan. Setelah ini barulah tubuh tidak merasa terlalu dingin. Kala melangkah di bagian yang dangkal perlu berhati-hati, sebab batu di sini sangat licin. Di bagian tengah telaga, kedalamannya sekitar 1 sampai 2 meter. Buat yang tidak bisa berenang tidak perlu khawatir, bisa menyewa ban seharga 10 ribu sepuasnya.

Puas berbasah ria selama satu setengah jam, kami keluar dari air. Jam sudah menunjukkan angka 12 dan kami harus segera bergegas kembali ke Cirebon untuk mengejar kereta jam 15:15. Sebenarnya, di dekat Telaga Nilam ada satu telaga lagi, Telaga Remis. Tapi karena waktu yang tak cukup, kami tidak menyambanginya.

Secara umum, dua telaga ini menurut kami adalah destinasi yang layak dikunjungi kalau berkunjung ke wilayah Cirebon. Jaraknya tidak terlampau jauh, dan aktivitas yang bisa dilakukan di sini juga menarik, apalagi buat orang Jakarta (:D), karena di Jakarta mana ada telaga bening yang kita bisa nyebur langsung?

8 pemikiran pada “Dua Telaga Eksotis di Sekitar Cirebon

  1. Ini nih info yang kubutuhkan. Kayaknya bakal cukup sering bolak-balik Cirebon. Tahun lalu aja udah 4 kali ke sana.

    Rasanya memang rugi kalau ke telaga nggak basah-basahan, Ry. Kalau aku sih akan tetap siapin baju ganti. Seandainya nggak jadi berenang, nggak apa-apa, yang penting udah prepare. Dalam traveling itu penting memikirkan berbagai situasi, yang kecil kemungkinannya sekali pun 🙂

    Kenapa sih orang-orang Indonesia suka banget berendam pake baju? Cowok pun 😦

    1. Wakakakakak.
      Iya, kemarin memang aku niatan gak mau rendeman, jadi sengaja gak bawa celana pendek. Ujung-ujungnya untung ada sewaan.

      *Nah, ini. Awalnya pas mau nyebur mikir nih, soalnya semua lakiknya pada pake baju. Males kalau basah-basahan pake baju. Kata bapak penjual warung gpp kalau lelaki mau gak pake baju juga, jadi ywes, tak lepas baju dan byuuuurrrrrrrrrrrrrrrrrrr.

  2. Di atas bebek matik, saya dan Yoga berbelok ke kanan…
    ———————————————-
    Bebek matiknya itu Honda Revo AT atau Yamaha Lexam ? 😀

      1. kalo mio ya termasuk metik alias skutik (skuter metik), nah kalo Revo AT & Lexam itu mesinnya metik tapi bentuknya kaya bebek tapi pake rantai jadi disebut bebek metik. Kenapa saya tanya soalnya kedua motor itu kan termasuk langka dijalanan 😀

Tinggalkan komentar